NICU Murah

NICU Murah, Momentum Kemandirian

NICU Murah, Momentum Kemandirian nicu murah NICU Murah, Momentum Kemandirian NICU Murah Momentum Kemandirian

Tahun 2016, kementrian kesehatan merilis data kelengkapan fasilitas rumah sakit di Indonesia. Hanya 16,5% dari seluruhnya yang memiliki fasilitas NICU. Itu pun belum memadai dan masih ada yang dibiarkan terbengkalai. Artinya alat-alat perlengkapan NICU belum menjangkau banyak rumah sakit: terlebih daerah dan pelosok. Fakta demikian adanya membuat kami pun tersentak. “Kenapa tidak kita adakan saja kalau begitu? Bahkan kita mungkinkan untuk memurahkan pembuatannya, dan kita gratiskan penggunaannya.” Begitu gagasan NICU murah kami. Kami punya ilmunya, dan tahu caranya untuk menjadikan itu semua. Jadi lebih baik kami bergerak dulu ketimbang hanya sekedar berantusias.

Penghidupan

Lantas kami pun mencoba mempertemukan ide NICU murah tadi dengan hajat hidup banyak orang. Caranya dengan memperbanyak keterlibatan oleh pengembang kita sendiri. Ini juga berarti memberi kesempatan kepada para pengusaha lokal memperoleh penghasilan guna menunjang kelangsungan usahanya: operasional dan penghasilan tenaga kerja. Dan kelak upaya demikian akan membukakan lapangan pekerjaan baru untuk UKM di tempat kawasan yang baru pula. Memang, fokus kami sedari awal ialah memperluas pengadaan alat dari yang mulanya di Jabodetabek ke berbagai daerah dan pelosok.

Terlebih kami ingin menggandeng perorangan maupun komunitas yang memiliki kapabilitas di bidang pemrograman serta elektronika. Disinilah pentingnya melakukan pendekatan lapangan untuk mempermudah pengawasan. Jadi kami berniat menyebarkan hasil pengerjaan kami ke Internet -baik aspek program maupun rangkaian elektronik. Kontrol manufaktur kami lakukan lewat serangkaian tahapan pelatihan. Sedangkan isi program cukup ditiru saja. Mudah kan? Itulah inti kolaborasi: mendayagunakan jaringan seoptimal mungkin.

Muaranya terjadi penyelamatan masyarakat secara kolektif nan masif. Indikator keberhasilannya bagi kami terletak pada tiga hal. Pertama, terjadi peningkatan keterampilan dan keahlian UKM maupun komunitas / perorangan yang terlihat dari membaiknya kualitas serta waktu pengerjaan. Kedua, pemberdayaan berlangsung secara mandiri. Dan ini berjalan kala rakyat kompak berinisiatif dan proaktif menolong bayi di daerahnya sendiri. Ketiga, yang paling utama, upaya nyata ini mengubah pemikiran banyak orang tentang makna beramal yang tadinya sekedar menyumbang menjadi lebih filantropis. Demikian keterkaitan ide NICU murah kami dengan penghidupan lewat pengabdian kepada khalayak luas.

Roda Inovasi

Lalu bagaimana bisa menjalankan roda inovasi hingga sedemikian rupa? Kami pun terus memutar otak, berupaya mempertahankan setidaknya empat hal yang menjadi ciri khas sekaligus tantangan dalam kelangsungan konsep NICU murah kami. Pertama kebhinekaan. Fakta ini ingin kami angkat kembali dengan melibatkan beragam disiplin ilmu. Kesulitannya adalah mencari jalan memadukan tiap bidang keilmuan dan memberikan keluaran jadi pada tiap produk secara optimal (memudahkan mobilisasi). Maka untuk NICU murah, kami melibatkan lima vendor utama: PCB (elektronika); 3D printing, UKM akrilik, dan UKM kayu (manufaktur); para penyedia komponen listrik di situs jual beli online.

Kedua kesederhanaan perancangan. Rancangan sederhana mendatangkan pula penggunaan yang sederhana. Mulai dari pemilihan bahan, kemudian proses produksi terkait desain maufaktur, ditambah penyusunan program, hingga penentuan komponen dan pembuatan rangkaian elektronika. Salah satu yang menjadi perhatian kami ialah terkait penyederhanaan rangkaian. Juga pembuatan papan cetak (PCB) siap pakai yang dapat menyesuaikan kebutuhan kami. Inilah yang sedang kami kerjakan pada produk yang kami namai “Patient Monitor Sederhana”.

Ketiga keterjangkauan biaya. Keutamaannya harus proaktif dan kreatif dalam mencari barang. Tantangan yang kami hadapi antara lain sebagai berikut: ketidaksiapan vendor, kelayakan barang, ketidaksesuaian harga, dan mengasah kreativitas. Namun kami lebih memilih membahas yang terakhir karena itu yang paling sulit bagi kami. Seperti mencari barang yang bukan peruntukannya. Masih terkait dengan “Patient Monitor Sederhana”, betapa sulitnya kami menemukan bahan non-medis tapi bisa dipakai untuk kulit bayi. Ataupun opsi yang terbatas saat membeli barang. Hal ini kami alami beberapa waktu lalu ketika memesan alat pengukur kadar oksigen dalam darah. Kami hanya memerlukan penutup jarinya saja, tetapi mendapat pula kabelnya, sehingga menjadi mahal. Padahal yang diperlukan hanya satu bagian saja, tapi harus membeli bagian lain. Bisa jadi mahal di ongkos.

Puncaknya, kami perlu melaksanakan penyebaran produksi ke seluruh Indonesia. Mohon doanya supaya kami bisa menyegerakan realisasinya. Singkatnya mentransfer pengetahuan yang telah kami peroleh terkait mekanisme teknologi pembuatan agar dapat mempersingkat waktu pengerjaan serta pengadaan alat-alat NICU murah kami. Pendekatannya pun berbeda tergantung kondisi lapangan. Malah sebaliknya, kami mendapat pelajaran tentang peletakan konstruksi dari UKM akrilik, tentang proses perakitan -khususnya penyolderan- rangkaian elektronika dari jasa pencetakan papan sirkuit PCB. Bahkan, kami sudah berniat membagikan seluruh resource kami secara online dan gratis, menjadikannya sebuah open source. Dan ini tidak cuma terbatas pada perorangan / komunitas pemrograman ataupun elektronika. Siapa pun yang ingin belajar bisa mengakses open source tersebut. Jadi justru ada kemahiran baru dan kita saling memperkaya wawasan satu dengan yang lain. Dan begitulah kami memanfaatkan NICU murah sebagai momentum kemandirian.

Amal Untuk Semesta

Keunggulan setiap inovasi terletak pada seberapa jauh mental kejuangan dalam berproses supaya mengembangkan kecerdasan dan kemudian menggunakannya. Dan mental kejuangan itu akhirnya membentuk DNA berkarya dalam diri kita. Dan tanpa sadar menjaga semangat kita serta menambah ketabahan. Dan kita pun tak boleh mengendapkannya di kepala saja, membiarkannya berujung jadi sebatas wacana; melainkan mengamalkannya ke badan, juga seluruh isi semesta.

Kita seringkali lupa bagaimana teknologi bisa menjangkau khalayak luas serta mengedukasi mereka lebih lanjut dalam memberdayakan diri serta lingkungannya. Celakanya kita melulu gemar memperkarakan masalah kemutakhiran. Padahal bukan itu saja persoalannya di lapangan.

Sampailah kita pada jawaban mengapa kita sendiri masih terperangkap dalam mental kemiskinan. Ya. Sebab kita terlalu sibuk memikirkan diri semata, hingga terbentuk pemikiran individualisme, yang lalu menggerus empati dan akhirnya membudaya menjadi kepelitan membantu orang lain. Apalagi kalau yang dikejar hanya kenikmatan semu yang ditawarkan hedonisme. Gila! Apa bedanya kita dengan preman yang pede berbuat premanisme kalau begitu?

Happiness is not about esteem nor expectation. It is rather about our way of living. Bahagia itu sumber yang menguatkan kaki kita untuk melangkah lebih jauh, melapangkan dada kita agar bernapas lebih kuat, dan menempa diri kita supaya terlepas dari segala belenggu kehidupan. Dari kebahagiaan, kita mendapat kekuatan untuk saling memberi, memperkaya, serta melengkapi. Dan kelak ini akan membawa sebangsa dalam perjalanan menuju pencapaian filantropi berkualitas. Alam untuk semesta. Lebih baik amalkan ilmu untuk kemajuan bersama, memanusiakan manusia, dan merubah cara berpikir menjadi lebih melayani.

Juan Karnadi
Digital dan Publikasi
Yayasan Bayi Prematur Indonesia
juan@inkubator-gratis.org

Pengakuan

KataKitaLike Page

17 hrs · 

Pengakuan seorang Kader PKS

Testimoni ini ditulis oleh seorang mantan kader PKS dari UI bernama Arbania Fitriani, sebagai “note” pribadi di facebook

Pertama-tama, saya menuliskan pengalaman saya ini tidak untuk menjatuhkan atau menjelek-jelekkan salah satu partai besar di Indonesia. Saya hanya ingin berbagi pengalaman untuk menjadi bahan renungan para pembaca agar dapat lebih mengenal PKS dari dalam.

Tulisan ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengenal PKS secara objektif, agar rakyat Indonesia mengetahui apakah PKS benar-benar mengusung kepentingan rakyat Indonesia atau justru sedang mengkhianati masyarakat dan para kadernya sendiri dengan sentimen keagamaan serta jargon sebagai partai bersih. Sayangnya, banyak masyarakat dan orang-orang di dalam tubuh PKS ini pun tidak menyadarinya.

Bagian tersebut akan saya jelaskan secara singkat di akhir cerita saya, dan sekarang saya ingin berbagi dulu kepada para pembaca mengenai sistem pengkaderan PKS yang sangat canggih dan sistematis sehingga dalam waktu singkat membuatnya menjadi partai besar.

Saya waktu mahasiswa adalah kader PKS mulai dari ‘amsirriyah sampai ke ‘am jahriyah. Mulai dari saya masih sembunyi-sembunyi dalam berdakwah, sampai ke fase dakwah secara terang-terangan, sejak PKS masih bernama PK sampai kemudian menjadi PKS.

Dalam struktur pengkaderan PKS di kampus, ada beberapa lingkaran, yakni lingkaran inti yang disebut majelis syuro’ah (MS), lingkaran ke dua yakni majelis besar (MB), dan lingkaran tiga yang menjadi corong dakwah seperti senat (BEM), BPM (MPM), dan lembaga kerohanian islam.

Jenjangnya adalah mulai dari lembaga dakwah tingkat jurusan, fakultas, sampai ke universitas. Jika di universitas tersebut terdapat asrama dan punya kegiatan kemahasiswaan, maka di sana pun pasti ada struktur seperti yang telah saya terangkan.

Universitas biasanya akan berhubungan dengan PKS terkait perkembangan politik kampus maupun perkembangan politik nasional. Dari sanalah basis PKS dalam melakukan pergerakan-pergerakan politik dalam negeri atas nama mahasiswa baik itu yang berwujud demonstrasi ataupun pergerakan lainnya. Sistem pergerakan, pengkaderan, dan struktur lingkaran yang terjadi di dunia kampus sama persis dengan yang terjadi di tingkat nasional.

Kembali ke dalam struktur lingkaran PKS di kampus, orang-orang yang duduk di MS jumlahnya biasanya tidak banyak dan orang-orangnya adalah orang-orang yang terpilih. Kebanyakan yang menjadi anggota MS adalah mahasiswa yang memang sudah di kader sejak SMU. Tapi tidak banyak juga yang berhasil masuk ke dalam MS dari orang-orang yang telah dikader pada saat kuliah. Saya termasuk orang yang masuk ke dalam lingkaran MS yang baru di kader pada saat kuliah dan menduduki posisi sebagai mas’ulah di asrama UI sehingga saya punya akses langsung untuk berdiskusi dengan mas’ulah tingkat universitas. Dari sini juga saya akhirnya banyak tahu sistem dalam PKS meskipun saya pada tingkat fakultas hanya masuk sampai tingkat MB.

Dalam MS dan MB memiliki mas’ul (pemimpin untuk anggota ikhwan) dan mas’ulah (pemimpin untuk anggota akhwat). Masing-masing mas’ul(ah) ini membawahi MS secara keseluruhan dan ada juga mas’ul(ah) yang membawahi sayap-sayap dakwah yakni sayap tarbiyah (mengurusi pengkaderan khusus untuk ikhwah seperti pemetaan liqoat, materi liqoat, dll), sayap syiar (mengurusi syiar islam khususnya dalam lembaga kerohanian formal dan menjaring kaderbaru), dan sayap sosial & politik (mengurusi dakwah dalam bidang lembaga formal kampus yakni BEM dan MPM).

Di lingkaran ke dua adalah majelis besar, anggotanya adalah ikhwah yang sudah di kader juga dan tinggal menerima keputusan dari MS untuk dilaksanakan. Jadi, MS ini adalah think-tank dari seluruh kegiatan yang terjadi di kampus. Apabila kader PKS duduk sebagai ketua BEM/Senat atau MPM/BPM, maka semua kegiatannya harus mendapat ijin dari MS dan memang biasanya berbagai agenda di BEM/Senat dan MPM/BPM ini dibuat oleh MS.

Bagaimana sistem pengkaderan PKS itu sendiri? Bagaimana PKS mengubah seorang menjadi kader yang militant? Jalan pertama adalah menguasai Senat, BEM, BPM, dan MPM. Apabila lembaga formal ini sudah dikuasai maka akan mudah untuk membuat kebijakan terutama pada masa penerimaan mahasiswa baru.

Saat orientasi Mahasiswa baru biasanya mereka akan dibentuk kelompok kecil (halaqah)dan ikhwah PKS akan berperan sebagai mentor. Kegiatan ini akan berlanjut rutin selama masa perkuliahan di mana halaqah ini akan berkumpul 1 minggu sekali. Dari sinilah biasanya akan terjaring orang-orang yang kemudian akan menjadi ikhwan militan, bahkan orang yang sebelumnya tidak pakai jilbab dan sangat gaul bisa menjadi seorang akhwat yang sangat pemalu namun juga sangat militan.

Agenda utama kami adalah membentuk Manhaj Islamiyah di Indonesia menuju Daulah Islamiyah (mirip dengan sistem Khilafah Islamiyah dari HTI). Doktrin utama dalam sistem jamaah PKS yang juga menamakan dirinya sebagai jamaah Ikhwanul Muslimin ini adalah “nahnu du’at qobla kulli sya’I” dan “sami’na wa ata’na”. Dua doktrin inilah yang membuat kami semua menjadi orang yang sangat loyal dan militan. Setiap instruksi yang diberikan dari mas’ul(ah) ataupun murabbi(ah) kami, akan kami pasti patuhi meskipun kami tidak benar-benar paham tujuannya. Seperti menyumbang, mengikuti demonstrasi, meskipun harus bolos kuliah, dll.

Selama saya aktif di pergerakan ini, saya melihat banyak sekali teman-teman saya yang berhenti menjadi Aktivis Dakwah Kampus (ADK). Dulu saya merasa kasihan dengan mereka, karena yang saya tahu – diberitahu oleh murabbi kami dan juga seringkali dibahas dalam taujih atau tausiyah (semacam kultum) – bahwa dalam jalan dakwah ini selalu akan ada orang-orang yang terjatuh di jalan dakwah, mereka adalah orang-orang futur (berbalik ke belakang).

Orang-orang ini biasanya kami label sebagai anggota “basah” (barisan sakit hati). Saya mempercayai semuanya sampai akhirnya saya pun merasa tidak cocok lagi untuk berada di sana dan memutuskan untuk keluar dari ADK padahal saya dulu sudah diproyeksikan sebagai ADK abadi (orang yang akan menjadi aktivis dakwah kampus selamanya dengan cara menjadi dosen atau karyawan tetap di kampus).

Ada beberapa alasan yang membuat saya mengambil keputusan untuk keluar, antara lain: Adanya ekslusivisme antara kami para ADK dengan orang-orang diluar ADK. Kami para ADK adalah orang-orang khos (orang khusus) dan mereka adalah adalah orang ’amah (orang umum). Orang khos adalah orang yang sudah mengikuti tarbiyah dan mengikuti liqo’at (semacam halaqah tapi lebih khusus lagi) dan orang ’amah adalah orang yang belum mengenal tarbiyah. Para ikhwah, terutama para ADK, tidak akan mau menikah dengan ’amah karena mereka dapat membuat orang khos seperti kami menjadi futur, bahkan bisa membuat kami terlempar dari jalan dakwah. Istilah khos dan a’amah ini membuat saya merasa tidak natural dan tidak manusiawi dalam menghadapi teman saya yang ’amah. Saya diajarkan bahwa mereka adalah mad’u (objek dakwah) saya. Jika saya bisa menarik mereka ke dalam sistem kami apalagi bisa menjadi ADK, maka kami akan mendapat pahala yang sangat besar. Saya merasa menjadi berdagang dengan teman saya yang dulunya sebelum menjadi ADK adalah sahabat saya. Saya merasa tidak memanusiakan teman saya dan lebih memandang mereka sebagai objek dakwah.

Dalam liqo’at ataupun dauroh saya juga ada beberapa hal yang membuat saya tidak sreg, seperti bahwa saya harus lebih mengutamakan liqo’at daripada kepentingan orang tua dan keluarga saya. Bahkan saya pernah diberitahu bahwa bila sudah ada panggilan liqo’at, meski orang tua saya sakit dan harus menjaganya, maka saya harus tetap datang liqo (entah mengapa selama beberapa tahun saya bisa menerima konsep yang kurang manusiawi ini). Hal lain adalah saya tidak boleh mengikuti kajian di luar liqo saya, padahal setahu saya bahwa kebenaran itu tidak hanya milik liqo saya, masih banyak sekali kebenaran di luar sana.

Bahkan buku bacaan pun diatur dimana ada banyak buku yang saya sangat berguna untuk menambah wawasan keislaman saya seperti buku yang mengajarkan tentang hakikat islam namun oleh murabbi saya dilarang. Untuk hal ini saya membangkang karena seandainya islam itu memang benar rahmatan lil alamin maka ilmunya pun pasti sangat luas dan tidak hanya monopoli orang-orang di PKS semata. Dan hal yang paling mengusik saya adalah selama saya mengaji di liqo ataupun mengikuti taujih dan taushiyah dalam syuro ataupun dauroh-dauroh (training) saya merasa lebih banyak diajarkan tentang kebencian terhadap agama atau aliran lain seperti bagaimana kejamnya kaum nashoro (nasrani) yang membantai saudara kami di Poso, Yahudi yang membantai saudara kami di Palestina, JIL yang memusuhi kami, NII yang sesat, teman-teman Salafi yang mengganggu kami, dst.

Sampai-sampai, akibat begitu terinternalisasinya hal tersebut, ketika saya mengikuti tarbiyah universitas dan sedang makan siang, saya dan teman-teman menganggap yang sedang kami makan dan telan itu adalah orang-orang Yahudi dan Nashoro. Doa-doa kami pun selalu secara khusus ketika qunut adalah untuk mujahid-mujahid di Palestina dan Afganistan (kadang saya berpikir kapan kita berdoa untuk pahlawan perjuangan di Indonesia yang telah menghadiahkan kemerdekaan terhadap kita). Sejujurnya saya lebih tersentuh dan bisa menangis tersedu-sedu ketika dibacakan ayat-ayat seperti dalam surat Ar-Rahman yang menceritakan Cinta-Ilahi ketimbang surah seperti Al-Qiyamah yang menceritakan azabNya.

Kebencian sangat bertentangan dengan hati nurani saya karena saya sangat percaya dengan ayat yang mengatakan bahwa rahmat AllahSWT lebih cepat dari murkaNya, yang artinya cinta Allah SWT seharusnya dapat menghapus kemarahanNya terhadap umat manusia. Inilah sebabnya mengapa di sini hati saya merasa sangat kering saat mengikuti tausiyah dan taujih yang senantiasa bercerita tentang peperangan dan kebencian.
Semua ganjalan-ganjalan yang saya rasakan akhirnya meledak ketika saya kemudian tahu dari sumber yang terpercaya dalam pemerintahan, juga dari petinggi PKS sendiri, tentang agenda yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya dan pastinya juga tidak diketahui oleh orang-orang se-level saya atau bahkan pun pengurus inti PKS.

AGENDA UTAMA PKS

Agenda utama PKS adalah menghancurkan budaya Indonesia melalui invasi budaya Arab Saudi.

Banyak sekali indikasi yang saya rasakan langsung pada saat menjadi ADK seperti upaya kami untuk menghalang-halangi acara seni, budaya, musik, dll. Hingga berbagai upaya kami agar bisa memboikot mata kuliah ilmu budaya dasar (IBD).

Saya ingat dulu, karena saya begitu termakan doktrin bahwa mata kuliah IBD tidak berguna dan bisa melemahkan iman, saya seringkali membolos kalau ada latihan menari sampai saya sempat dibenci teman-teman saya.

Kembali kepada agenda PKS ini sebagai perpanjangan tangan dari Kerajaan Saudi, tujuan utamanya adalah agar kekuasaan Arab bisa mencapai Indonesia mengingat satu-satunya sumber devisa Arab adalah minyak yang diperkirakan akan habis pada tahun 2050 dan melalui jamaah haji.

Indonesia adalah negara yang sangat kaya sumber daya alam dan merupakan umat muslim terbesar di dunia. Bahkan jika seluruh umat muslim di timur tengah disatukan, umat muslim Indonesia masih jauh lebih banyak. Untuk itu, agar dapat bertahan secara ekonomi, maka Arab Saudi harus bisa merebut Indonesia dan cara yang paling jitu adalah melalui invasi kebudayaan.

Islam dibuat menjadi satu dengan kebudayaan Arab, sehingga budaya Arab akan dianggap Islam oleh masyarakat Indonesia yang relatif masih kurang terdidik dan secara emosional masih sangat fanatik terhadap agama.

Ketika kebudayaan lokal sudah bisa dihilangkan dan kebudayaan Arab yang disamarkan sebagai Islam dapat berkuasa, maka orang-orang akan menjadi begitu fanatik buta bahkan fundamentalis dan tidak bisa lagi mengapresiasi agama lain dan budaya lokal. Lalu, bila kebudayaan Nusantara sudah sampai dianggap musyrik atau bid’ah, maka saat itulah NKRI akan bubar.

Orang-orang yang pulaunya dihuni oleh mayoritas non muslim atau yang masih memegang budaya lokal di Indonesia akan meminta merdeka. Pulau-pulau di Indonesia akan terpecah belah dan pada saat itulah orang-orang ini akan bagi-bagi “kue”.

Peta rencananya adalah bagian pulau di Indonesia yang mayoritas Islam akan dikuasai oleh Arab. Sedangkan daerah yang penduduknya mayoritas kristen akan dikuasai oleh Amerika. Lalu, daerah-daerah yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, Buddha, Animisme, dll., akan dikuasai oleh Cina.

Tidak banyak orang PKS yang tahu soal ini, hanya segelintir saja yang memahaminya. Mereka menduduki posisi-posisi strategis dalam pemerintahan agar dapat lebih memudahkan agendanya. Sentimen keagamaan terus dipakai untuk meraih simpati masyarakat. Sehingga berbagai produk kebijakan seperti Perda Syariat, UU APP, dll. yang rata-rata hanya sekedar mengurus masalah cara berpakaian semata akan dengan bangganya diterima oleh masyarakat muslim yang naif sebagai keberhasilan Islam.

Masyarakatkita lupa bahwa sampai saat ini PKS belum menghasilkan produk yang dapat memajukan ekonomi, menyelesaikan permasalahan kesehatan, pendidikan, pencegahan bencana alam, korupsi, trafficking, tayangan TV yang semakin memperbodoh masyarakat, dan permasalahan lain yang lebih riil dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita ketimbang sekedar mengatur cara orang dewasa berpakaian dan berperilaku.

Jangan terburu-buru apriori dan menganggap tulisan mengenai pengalaman saya ini adalah black campaign. Renungkan dengan hati nurani yang dalam. Tidak ada kepentingan saya selain hanya menyampaikan kebenaran.

Saya tahu resiko apa yang ada di hadapan saya dan siapa yang saya hadapi. Tapi saya lebih takut menjadi bagian dari orang yang zalim, karena tahu kebenaran, namun tidak bersuara. Rasa cinta saya bagi negeri yang sudah memberi saya kehidupan ini menutupi rasa takut saya. Saya yakin siapa yang berjalan dalam kebenaran maka kebenaran akan melindunginya.

Buat rekan saya, murabbi saya, sahabat-sahabat saya dulu sesama ikhwah, saya mencintai kalian semua dan akan terus mencintai kalian. Saya berharap, persaudaraan kita tetap terjalin karena bukanlah partai atau agama yang mempersaudarakan kita, tapi karena kita satu umat manusia, anak cucu Adam. Kalau bahasa teman saya, kita menjadi saudara karena kita menghirup udara yang sama, makanya kita disebut “sa-udara”. Semoga pengalaman saya ini dapat menjadi bahan renungan para jamaah “fesbukiyah” dalam menentukan pilihan pemimpin yang akan membawa kapal Indonesia menuju masyarakat yang bahagia, makmur dan sentosa, yang memiliki jati diri dan menghargai kebudayaan nusantara.

https://m.facebook.com/story.php…

Bayi sehat berkat inkubator grashof

Chat Conversation Start
You’re friends on Facebook

Selamat mlm maaf mengganggu…saya mau tanyak incubator….saya butuh sekali incubator karena saya punya bayi premature…dan skrng bayi saya masih di rs karena saya butuh sekali incubator buat dirmh…

You accepted Heni’s request.

Layanan gratis inkubator bayi, silakan ortu bayi kirim SMS ke 0856 5931 2070… (sekali lagi kirim sms bukan telpon)… Mhn sabar pasti dilayani. Kami bahagia bisa menolong sesama.-
Iya pak prof…saya sdh dihubungi td yg di area jember…sekali lagi terima kasih…sekali lagi saya haturkan banyak2 terima kasih. Karena saya butuh sekali incubator
ok… semoga debay sgr sehat…
Amin….terima kasih pak

Prof….terima kasih ya prof anak saya sdh masuk kategori bayi normal dua bln yg kmrn masih 1 kg sekarang hampir 4 kg prof….terima kasih ya prof
Sehat dan endut sdh prof…sekali lagi terima kasih ya prof….

Inkubator di pelosok

[07:47, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Selamat pagi Prof .. lapor .. inkubator yg di Cianjur sudah kami ambil kemarin .. Inkubator di bidan Elis .. sempat di pakai dua hari .. bayi ternyata berat nya 800 gr .. di hitung 1000 gr karena sama popok nya .. Keluarga bayi sangat pra sejahtera .. ketakutan di suruh bayar waktu kami mau ambil inkubator nya
[07:47, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Ternyata Bidan Elis yang fasilitasi keluarga bayi untuk ambil inkubator ke rumah kami di Jonggol
[07:48, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Di Wilayah Cianjur kec. Bojong Picung ini, ternyata banyak kasus bayi lahir prematur karena ibu nya kurang gizi
[07:49, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Rata rata warga di sekitar Bidan Elis adalah pekerja kasar (buruh bangunan .. buruh tani)
[07:51, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Bahkan ibu Wiwit, ibu dari bayi prematur yang tidak bertahan ini .. sejak usia kandungan 5 bulan sudah di berikan obat supaya jangan sampai melahirkan prematur. Namun apa daya, sehari hari nya ibu Wiwit ini kerja nya ngaduk semen, jadi kenek untuk suami nya yg kerja bangunan
[07:52, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Bidan Wiwit menyatakan “insya Allah” ingin bergabung jadi relawan inkubator, mau runding dengan pihak desa dulu mengenai dana pengganti biaya produksi inkubator nya
[07:53, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Karena bila terjadi kelahiran prematur, untuk ke Rumah Sakit terdekat jaraknya jauh. Dan untuk pinjam inkubator ke Jonggol pun juga jauh, kendala di tranportasi .. karena rata2 pasien tidak mampu
[07:55, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Demikian prof laporan pengambilan inkubator kemarin .. sempat nyasar ke Cianjur kota (yg di tanya arah jalan bilang kami harus ke kanan .. ternyata untuk ke Bojong Picung harus ke arah Ciranjang .. belok nya yg benar harus ke kiri 😅)
[07:55, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Namun secara keseluruhan misi pengambilan inkubator sudah terlaksana dengan baik ☺🙏
[07:56, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Oya .. selama inkubator masih di rumah Bidan, sempat di gunakan untuk bayi yg lahir dengan berat 2200 gr .. alhamdulilah bisa mencapai 2400 gr dalam wakti singkat ☺🙏
[09:52, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Waktu saya tanya, dapat info Peminjaman Inkubator Gratis dari mana .. katanya .. asisten bu Bidan ingat dulu ada yg pernah pinjam inkubator gratis ini di wilayah tersebut (dekat bu bidan Ellis) .. dan sekarang bayi tersebut sudah berumur 6 tahun .. sehat
[09:53, 1/10/2018] Enny Bonaventura: Asisten bu bidan ini .. setelah ingat pernah ada yg pinjam inkubator gratis .. lalu berusaha mencari info di google .. dapat informasi SMS CENTER
[11:24, 1/10/2018] +62 816-1992-186: duh aduh luarbiasa infonya bu Enny… Banyak daerah pelosok yg aksesnya susah, shg kembali jadi kerjaan mas Rehan utk merancang spesial inkubator yg bisa dibawa motor dg backpacking. Dan kami skr sedang mengembangkan ‘selimut hangat bayi’ tanpa listrik, yg nanti ‘price’ nya jadi jauh lebih murah bisa 1/10 nya inkubator grashof… Mohon doa bapak ibu sekalian semoga bisa berhasil.

Bayi Kuning Rasyad

Rasyad dan Pengalaman Bayi Kuning

Saya tak pernah menyangka akan mendapatkan pengalaman “bayi kuning” alias tingginya angka bilirubin pada bayi yang menyebabkan warna kuning pada bayi baru lahir. Ini menimpa Rasyad, anak keempat dari proses kelahiran saya yang ketiga (karena anak kedua saya kembar, hehe).

Rasyad didaulat “kuning” setelah hasil tes darah pada hari kelima kelahirannya. Seharusnya pada hari tersebut mendapatkan imunisasi. Namun karena kuning pada kulitnya terlihat jelas, bahkan sampai ke mata, maka imunisasinya diundur hingga kuningnya menghilang. Hasil tes darah menunjukkan bilirubin Rasyad mencapai 16,3. Sangat tinggi bila mengingat normalnya di bawah 5, dan biasanya 10 pun masih dibilang aman. Maka rekomendasi rumah sakit saat itu adalah dirawat dengan fototerapi.

Tapi di hari kelima tersebut saya sudah pulang kampung ke Depok. Saya sempat panik. Teringat juga kisah seorang teman yang bayinya harus dirawat karena kuning. Pagi-pagi ia harus ke rumah sakit mengantar ASI perahan untuk stock di rumah sakit. Bahkan kalau sempat ia akan menyusui langsung anaknya. Membayangkannya saja saya tidak sanggup. Mengingat kelahiran Rasyad adalah operasi sesar ketiga saya, sehingga ngilunya masih terasa meski hari kedua pasca operasi saya sudah bisa tegak berdiri dan jalan sendiri. Apalagi ada tiga orang kakak Rasyad yang juga harus diurus di rumah. Rumit.

Saya memutar otak mencari solusi sambil browsing sana-sini mencari informasi soal bilirubin dan bagaimana cara mengatasinya. Sampai akhirnya saya teringat pernah membaca sebuah artikel soal peminjaman inkubator di UI. Ketika saya google, saya temukan webnya: inkubator-gratis.org yang dikelola Yayasan Bayi Prematur Indonesia dibawah asuhan Prof. Raldi Artono Koestoer. Awalnya saya pesimis, apakah saya bisa dapat pinjaman alat atau tidak, mengingat Rasyad bukan bayi prematur tapi berbilirubin tinggi. Saya akhirnya minta suami untuk menghubungi nomor kontak admin di 085659312070 untuk tanya-tanya.

Suami saya kirim sms selasa malam 19 Desember 2017, Rabu pagi pada 20 Desember 2017 dibalas dan diminta mengisi data. Tak sampai sejam mendapat balasan bahwa alat bisa diambil di gedung sekretariat Teknik Mesin UI Depok pada siang itu juga dengan tenggang waktu tertentu. Meluncurlah saya untuk ambil alatnya.

Sebenarnya agak deg-degan juga ambil keputusan untuk rawat sendiri Rasyad di rumah dan tidak mengandalkan rumah sakit. Modal nekat dan modal bismillah saja. Saya pikir, kalau jalannya dimudahkan, berarti takdirnya memang harus dirawat di rumah. Ternyata, Allah memudahkan proses peminjaman alatnya.

Sampai di tempat peminjaman alat, saya diajarkan cara penggunaan alat fototerapi. Alat yang dipinjamkan itu berupa container plastik yang sudah dibolongi di beberapa sisi, lampu biru untuk fototerapi, lampu penghangat untuk bayi baru lahir, dan alas tidur bayi. Mas-mas instrukturnya memberikan penjelasan penggunaannya. Bayi harus diletakkan di dalam box untuk di-fototerapi ketika tidur. Namun meski tidur, bayi harus ditutup matanya menggunakan alat penutup mata atau menggunakan kasa yang direkatkan di mata. Hal ini untuk menghindari bayi terbangun dan matanya menatap sinar biru langsung, karena bisa menyebabkan kerusakan pada mata bayi. Bayi juga harus tanpa baju, hanya diperkenankan menggunakan diapers saja. Ini agar sinar biru tersebut bisa mengenai sekujur tubuhnya. Kata mas-masnya, kalau bayi kedinginan, maka kakinya harus disinar menggunakan lampu tambahan yang dipinjamkan juga. Lampu tersebut sebenarnya untuk bayi prematur. Indikasi bayi kedinginan atau tidak adalah dengan memegang telapak kakinya. Lampu tambahan tersebut diarahkan ke bagian kaki bayi untuk menjaganya agar hangat.

Lalu mas-mas pengurus yang saya lupa tanya namanya itu juga menyebutkan kalau ada yang angka bilirubinnya mencapai 21 bahkan 23 yang merawat bayinya sendiri. Ini yang jadi motivasi buat saya. Bahwa yang bayinya dengan angka bilirubin tinggi saja bisa sembuh, masa Rasyad gak bisa? Ia juga mengingatkan, kuncinya di ASI. Jadi bayi bilirubin harus sering diberi pasokan ASI, alat fototerapi cuma membantu saja. Ketika saya baca-baca dan saya sinkronkan informasinya dengan adik saya yang bidan, jawabannya pun sama.

Seharusnya Rasyad setiap tidur harus diletakkan di bawah sinar biru. Tapi saya agak keteteran juga, sehingga pada dua hari pertama Rasyad cuma dapat dua jam sinar perharinya. Apalagi kalau malam, saya tidak sanggup berjaga. Tapi di hari-hari berikutnya durasinya kian lama, sehari bisa empat sampai lima jam. Kebetulan juga saat itu matahari sedang muncul tiap pagi di Depok. Setiap jam tujuh sampai setengah delapan pagi saya bawa Rasyad ke loteng untuk dijemur di bawah matahari. Kata dokter anaknya sih dijemur di bawah matahari gak pengaruh menurunkan bilirubin. Tapi orang jaman dulu bayinya cuma dijemur matahari juga bisa sembuh kok, hehe.

Setelah sekitar 10 hari saya lakukan terapi sinar biru, Alhamdulillah ada perubahan signifikan ke Rasyad. Dia mulai rajin menyusu, fesesnya berwarna kuning, suhu tubuhnya tidak lagi demam, telapak tangan dan kaki tidak hipotermia lagi, dan mata mulai memutih. Kebetulan adik yang bidan sedang datang, saya langsung sodorkan Rasyad untuk dicek. Alhamdulillah, sudah sembuh katanya. Tinggal PR selanjutnya adalah imunisasi yang tertunda, hehe.

Saya membuat tulisan ini semacam ucapan terima kasih untuk Yayasan Bayi Prematur Indonesia karena telah meminjamkan alat fototerapinya untuk Rasyad. Berapa biayanya? Tidak dipungut biaya alias gratis. Oya, yayasan ini punya sekitar dua puluhan inkubator dan alat fototerapi. Bahkan yayasan ini juga punya relawan yang tersebar di berbagai kota. Meski ada fasilitas ini, saya sarankan tetap melakukan konsultasi dengan tenaga medis ya. Karena kasus bayi prematur dan bilirubin tinggi terkadang berbeda-beda di tiap anaknya. Selesai terapi bisa melakukan tes darah lagi atau langsung konsultasi ke dokter spesialis anak atau bidan.

Demikian, semoga bermanfaat.

#kakuamatbahasagw #udahlamagaknulisseriusyangpanjang#agakkurangsantai 😂

No automatic alt text available.
No automatic alt text available.
LikeShow more reactions

Comment

22 Comments
Comments
Cheisa Tanahatu
Cheisa Tanahatu nice share, Nik… 👍👍👍👍

1

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 12h

Alishanti
Alishanti Menik.. fathan bilirubinnya 17 dihari ke-7 saat kontrol.
Riwayat pertamaku jg bayi kuning harus disinar.
Aku mutusin sewa kamar vip untukku (krn cuma kamar ini yg kosong dan bersebrangan sm ruang bayi) jadi sibayi gratis tis akunya bayar bobo😅 krn nyusSee More
Manage
Image may contain: one or more people and baby
3
LikeShow more reactions

 · Reply · 12h

Diyah Kusumawardhani replied · 1 Reply
Nurul Jtw
Nurul Jtw najhan juga 2 hari lahir masuk incubator.. anak gua 2.2kg mba.. selain prematur. tapi mak gua bilang bikin anak hangat peluk terus kasih asi terus.. nah di rs.. gua datengin tuh ruangan gua peluk anak gua berjam jam gua asiin.. dari isya sampe subuh guSee More

1

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 12h

Diyah Kusumawardhani replied · 1 Reply
Miftahul Anshori
Miftahul Anshori Oh pantes suaminya Ahmad Syakib minta diantet ke UI ini toh 😁😁 lain kali jangan nunggu gw peka napah jo😁besarlah rasyad…emak bapak lo metal…kau tidak dilahirkan untuk kuning…dulu sih bapak lo biru trus ke putih..klo ibu lo ijo kali 😁..jd coklat exotis aja ya boy 😉

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 12h

Diyah Kusumawardhani replied · 1 Reply
Andriyans Elqassam
Andriyans Elqassam Semua anaku lahir kuning mbak,sampe di ultraviolet seminggu. Dari anak pertama ampe yg ke empat kuning semua,karena bapaknya gol darah B dan ibu nya O. Konon katanya dipastika anaknya ketika lahir akan kuning.lumayan juga seharinya bisa 1.5 jt di kaliSee More

2

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 12h

Diyah Kusumawardhani replied · 1 Reply
Debbie Anggarini
Debbie Anggarini Abang nafis juga bilirubinnya tinggi..
Bilirubinnya 22 langsung dirawat, emaknye nangis kejer serasa dunia mau runtuh mata ampe bengep bengkak ga karuan..
Berat badan nafis dr 3,2 turun ke 2,7.See More
Manage
No automatic alt text available.
1
LikeShow more reactions

 · Reply · 11h

Debbie Anggarini replied · 2 Replies · 11 hrs
Purwanti Sumayyach
Purwanti Sumayyach Althaf juga punya riwayat kuning. Hari ke 5 bilirubin di angka 7, pas hari ke 10 naik jd 11,7. Padahal rajin ngASI dan jemur. Tp sekujur tubuh, mata&kuku si Atap semakin kuning. Akhirnya keputusannya memang hra di sinar. Cuma 24 jam kata dokter.
SesaSee More

1

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 11h

Diyah Kusumawardhani replied · 1 Reply
Dee-Nal Rancid
LikeShow more reactions

 · Reply · 11h

Vivi Pippo Ncule replied · 6 Replies · 1 hr
Tanz Msarah
Tanz Msarah Ah kuning juga anakmu ya niek? Anakku juga padahal kakaknya gak kuning sama sekali. Akhirnya nginep rs 1 hari buat sinar. Emaknya juga ga tidur karena bayi disinar haus terus nampaknya ya. Aku sekalipun ada ranjang jadinya nganggur karena harus netein,See More

1

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 11h

Diyah Kusumawardhani replied · 3 Replies · 2 hrs
Diana Batara Munti
Diana Batara Munti Dirimu didepoknya mana say?aqkan dibeji btw sehat terus y rasyad berasa manggil anak gw yg pertama hehe

1

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 11h

Diyah Kusumawardhani replied · 3 Replies · 2 hrs
Kandi Pippo
Kandi Pippo Ya ampun alhamdulillah. Semoga Rasyad sehat2 terus ya Mba. Aamiin yaa Rabb.

1

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 10h

Kandi Pippo replied · 3 Replies · 1 hr
Fiqi Fujiasih
Fiqi Fujiasih Makasih share nya mbak Diyah
Anak qi yg no2 jg kuning. Tp telat tahunya uda seminggu lebih… Itu pun krn dicek bidannya. Pas hari ke 10 baru periksa darah. Bilirubinnya 11 atau 12 gt ya lupa. Tp diksh obat aja ama dokternya. Katanya g perlu disinar. See More

1

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 10h

Diyah Kusumawardhani replied · 1 Reply
Puteri Asterea
Puteri Asterea Mau share Nik… tapi ngga bisa 😦

1

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 9h

Puteri Asterea replied · 2 Replies · 2 hrs
Dewi Arini
Dewi Arini Barakallah selamat yaaaa meniikkkk… smg Rasyad jd anak soleh. Anak pinter. Dan sehat selaluuuu yaaaa..

Semangaaattttt 😘😘

1

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 6h

Dewi Arini replied · 2 Replies · 2 hrs
Freeky Friska
Freeky Friska Aduh Meniex, baca ini jadi ngembeng mata gw.. Leslie (anak ketiga) juga musti dirawat semalem di usia 5 Hari.. level bilirubin di 18, padahal minum asi byk tapi emg matahari jarang nongol wkt itu dan gol darah leslie sm gw beda.. masa2 air mata tumpah ruah.. dirmh ga brenti nangis, 2 jam sekali gw bolak-balik RS bawa asi perahan dgn berlinang air Mata.. ga bs tdr n Mata bengkak wkwkwkwkwk.. thanks God cuma semalem..Manage
Image may contain: people sitting
1
LikeShow more reactions

 · Reply · 4h

Freeky Friska replied · 2 Replies · 1 hr
Erni Arie Susanti
Erni Arie Susanti Sehat ya rasyad…menix jadi inget dulu masih single, kayanya gak kebayang ya ngurus anak 4 tapi ternyata Alhamdulillaah lo bisa…

Semangat bu….

1

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 3h

Erni Arie Susanti replied · 2 Replies · 2 hrs
Sintya Trisyastuti
Sintya Trisyastuti Meniek… ganti set public donk… Biar bisa di share 😉

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 3h

Sintya Trisyastuti replied · 2 Replies · 2 hrs
Uut Himura
Uut Himura Meski belom punya dedek tp terima kasih inpohnya bontot Diyah Kusumawardhani….😘

1

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 2h

Diyah Kusumawardhani replied · 1 Reply
Weni Mizar
Weni Mizar bu menix cerdas.. teruji sdh kecerdasanmu …

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 1h

Hani Noor Ilahi
Hani Noor Ilahi Sehat2 ya mba meniek dan kuartet bocah..mamak tangguh kali lah mba ini

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 1h

Luluk Lukmiyati
Luluk Lukmiyati Sy colek prof Raldi Artono Koestoer 👍👍

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 1h

Raldi Artono Koestoer
Raldi Artono Koestoer Heh heh ibu Luluk kawan lama nih… kapan kita seminar2an lagi…semoga bayi Rasyad sehat terus, dan jadi anak yg berbakti pd orang tua. Oh ya agen relawan kami – inkubator dan fototerapi gratis – telah tersebar di 60 kota/kab. Tolong dicarikan relawan utk Indonesia Timur yg msh sangat kekurangan dmn Angka Kematian Bayi Tinggi. Salam.-

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 37m

Aprina Santeka
Aprina Santeka ini tulisan mau dimasukin buku mpok?hehe

Manage

LikeShow more reactions

 · Reply · 13m

Score Intro 2017

NPM PE MT OR FI SC
0.9 0.4 0.2 0.4
 Absent  Midtest  Oral  Final Exam Score
1706020603 85 60 82 78.8
1706064284 59 60 69 56.9
1706020055 84 60 74 75.2
1706020761 91 60 84 82.0
1706064580 81 80 77 79.2
1706064510 92 80 76 83.2
1706064593 85 80 80 82.0
1706064523 85 80 70 78.0
1706064353 89 60 75 77.6
1706064366 95 60 62 74.8
1706064372 86 60 76 76.8
1706064391 84 60 78 76.8
1706064403 82 60 80 76.8
1706019053 85 60 67 72.8
1706019601 87 60 84 80.4
1706019646 89 60 79 79.2
1706019910 90 60 82 80.8
1706019980 77 60 76 73.2
1706064290 90 60 73 77.2
1706064321 88 60 89 82.8
1706064340 87 60 71 75.2
1706064302 85 60 79 77.6
1706064334 75 60 73 71.2
1706064473 85 60 79 77.6
1706064416 78 60 78 74.4
1706064422 86 60 80 78.4
1706064486 82 60 67 71.6

Perhatian 3 digit akhir NPM

284   Ada penalti absen

To be a good engineer

Muhamad Ilyas   1706019646    ilyasmuhammad510@yahoo.com / 0877881574xx

 

After almost 4 months studying about the Introduction to Mechanical Engineering, now I’m getting more interested in Mechanical Engineering. I already learned about the steam power plant, cooling system, metal material, what should Indonesian Engineers do in the future, etc. I also realized that there are some things we found in our daily life that is related with Mechanical Engineering, for example is Air Conditioner and refrigerator which we use almost every day.

In my opinion, this subject (Introduction to Mechanical Engineering) is very important because for people who study about Mechanical Engineering, this subject is the basic knowledge. Everything I have learned in this subject may help me in the future when I work at some company or maybe in my own company. This subject also builds a good character for a mechanical engineer in the future and also teach about how can we contribute to the development of this nation.

As an engineer, it is important to have a good character and should be a discipline person. Because if an engineer does not have a good character, they only work for their own benefit, they don’t think about their own nation. There are many Indonesian Engineer who works in other country because it offers a high salary. They only think about how to become a wealthy person. They are smart, but does not have a good character and they don’t love their own country.

In this subject, I was told that Indonesia has to reduce imports and make its own product. There are so many people that can help Indonesia to make some product such as car, motorcycle, AC, etc. But, as I told before, those people do not care about Indonesia. They are enjoying using import products and only work for money.

So, this subject is very important. I learned about the basic knowledge of Mechanical Engineering. I also learned about how to be a good engineer some day and love my own country and contribute to its development.

Intro to Mechanical Engineering

Name               : Christianus Gerry Wijaya      NPM               : 1706064334

Email               : crsstianusgerryw@yahoo.com      Mobile phone  : 0822202766xx

Intro to mechanical engineering is a subject that has been successfully changing my paradigm about mechanical engineering. It has changed my point of view into a certain ways that I believe will makes all of the candidates in this class understand what mechanical engineering is. In this class, we always being persuaded to use our brain actively by having a presentation, group discussion, question and answer session. In this class, we always talk about energy as our main thing. Understanding steam power plan and fridge system is 2 vital parts that being emphasized every meeting. Personally, I think, intro to mechanical engineering is the only thing that will be a bridge for our own mind to think deeper about mechanical engineering. Furthermore, Mr Raldi is the most suitable teacher to teach about this subject. His knowledge about heat transfer will help us a lot to understand mechanical engineering. After knowing this subject, I know that intro to mechanical engineering has play its own purposes to make us understand about mechanical engineering in a deeper way.

Tabah

Mungkin kalau mendengar kata ini, kita bisa mengartikannya dalam multi-tafsir. Sebagian memiliki pengertian kata “tabah” sebagai sikap pasrah dan berdiam diri menghadapi ketidakpastian dalam hidup. Sebagian lagi memaknainya sebagai ketahanan dalam menjalani ujian demi ujian yang amat berat dan kadang menakutkan. Tetapi ada yang betul-betul menghidupi kata “tabah” tadi: melaluinya dalam kesabaran, bahkan bersukacita melewati semuanya dengan senyum dan keceriaan.

Merasa…

Lantas, kita perlu melihat keterkaitan dari topik ini dengan gejala yang sering kita sebut sebagai sumbu pendek. Ya. Kita sering kali merasa kukuh akan pendapat kita tentang hidup, diperlakukan tidak adil, dan kurang akan segala sesuatnya sehingga mudah kecewa, sakit hati, tersulut, terprovokasi, dan seterusnya karena begitu menuntut kesempurnaan dunia. Aneh. Ingin ada perbaikan di segala sektor kehidupan, tapi hanya terus berdebat saja.

Bukankah kalau begitu sikap yang demikian malah tidak mencerminkan makna dari ketabahan? Mengapa tidak kita sambut lembar kehidupan baru dengan aturan-aturan yang baru? Lebih baik daripada terus argumentasi di media, televisi, bahkan dalam keseharian. Carol Dweck (2006) dengan gamblang menjelaskan bahwa perspektif mencapai sebuah keunggulan sangat mempengaruhi daya juang dan kemampuan seseorang serta niat maupun perhatiannya dalam belajar. Maka benar adanya yang disampaikan Leo Buscaglia: The person who risks nothing, does nothing, has nothing, is nothing, and becomes nothing. He may avoid suffering and sorrow, but he simply cannot learn, feel, change, grow, love, and live.

Belakangan makin kita menjumpai perilaku negatif pengemudi lau lintas yang sudah keterlaluan; bahkan sampai mengumpat dan melakukan kekerasan. Tak heran hal serupa ternyata terjadi di dunia maya. Akun-akun bayaran (dan gosip) terus bertebaran di berbagai medsos, menyebarkan negatif dan memaksakan menggiring opini mereka. Celakanya yang ikut terperangkap dalam lingkaran kegaduhan ini juga banyak. Bukannya membersihkan masyarakat kita dari sumber penyakit, aparat penegak hukum justru sibuk mengkriminalisasi dan mengurus hal-hal tidak penting lainnya. Sungguh sebuah dagelan yang tidak pantas kita pertontonkan ke dunia luar!

Tantangan dalam Ketidakberdayaan

Kerap kita menyingkapkan pesimisme yang bunyinya begini: “Bangsa kita adalah bangsa tidak berdaya.” Mulai dari kesemerawutan hukum, ketidakmampuan menghasilkan ilmuwan mumpuni, sulitnya menciptakan kultur entrepreneurship, keterbatasan pangan, dan masih banyak lagi. Panjang kalau menuliskan daftar segudang permasalahan tadi disini. Kita sangat pandai dalam berkomentar dan mengkritik. Tapi kita malah meluputkan, menarik diri dari pencarian jalan keluarnya. Tanpa sadar, kita turut menjadi bagian dari “kekacauan” yang pada dasarnya kita buat sendiri.

Baiklah. Saya ingin berbagi pengalaman dengan Anda sekalian soal ini. Setidaknya ada dua kegalauan yang membuat saya begitu gelisah. Pertama, keinginan saya menempuh jalur kewirausahaan setelah menamatkan studi S1. Sayangnya masih belum mendapat restu dari kedua orang tua hingga saat ini. Saya kurang tahu persis apa sebenarnya yang ada pada benak mereka. Meski begitu, saya cukup memaklumi kekhawatiran mereka (yang agak berlebihan) akan masa depan saya: modal, penghasilan, kecukupan hidup, dan seterusnya. “Ternyata memang susah mengajak orang keluar dari kenyamanan yang semu.” Begitu saya berkata dalam hati.

Kedua, saya sedikit frustrasi dengan pusaran kerumitan yang terjadi pada dunia pendidikan kita. Pendekatannya begitu birokratis. Sudah begitu tidak ada wadah untuk mereka yang memiliki keunggulan non-mekanistik (tidak hanya berfokus pada teori, tapi lebih kepada penerapan dalam keseharian) di luar kelas. Tak heran kalau sekolah -juga para pendidik kita- cukup kesulitan menemukan anak-anak yang punya jalan lain untuk berkarya. Saya pun merasa dongkol dengan para akademisi yang begitu getol menekankan scientific paper sebagai keutamaan dalam berinovasi. Padahal itu sama sekali tidak menyelesaikan permasalahan yang ada di lapangan secara komprehensif.

Tapi begitulah dunia bekerja. Kebanyakan kita lebih memilih menjalankan SOP yang sudah ada ketimbang merampingkannya dan membuatnya bernas. Memang ini ujian kita bersama, yang membutuhkan persistensi untuk terus bersabar menjalaninya. Pertarungan yang berat diluar sana. Dan kadang kita merasa tak berdaya melalui itu semua. Tapi perjalanan bangsa ini masih Panjang. Jadi harus terus menjaga asa demi mewujudkan keutuhan berkarya. Itulah tantangan yang akan kita hadapi kini dan mendatang dalam (yang kita kira) ketidakberdayaan tadi.

Longer Journey

Itu sebabnya ilmu ketabahan hanya bisa didapat lewat ujian maha berat. Kata Leon Brown, “You are your own worst enemy. It is your negative thoughts that hold you back, nothing else.” Anda akan mengalami banyak kepahitan serta hal-hal tidak menyenangkan lainnya ketika melangkah memulai hal baru. Bahkan itu bisa saja datang dari orang terdekat Anda. But it is your attitude that does matter enormously, not the object is. Semua berpulang kembali pada kita dalam menyikapinya.

The longer journey is awaiting us. Begitu orang bijak selalu berprinsip. Melepaskan segala urusan masa lalu, menjalani lebih baik kehidupan sekarang, dan memperbaiki masa depan. Set our best foot forward within more wisdom. Keluar dari perangkap kegaduhan. Bertahan pada komitmen untuk selalu menolong orang lain. Because it is a longer journey to make the world a better place to live. Menuju kehidupan yang lebih kolektif dan menyejahterakan. For brighter life and more happiness. Ya. Karena kebahagiaan memang harus kita bagikan dengan semesta dan juga seluruh isinya. Itulah gunanya ilmu ketabahan.

Juan Karnadi

Mahasiswa Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

Volunteer.. Rescuer for Lives

Volunteer, Rescuer for Lives

Nothing Venture, Nothing Win. Being volunteer has a very high risk, physically and mentally. And it takes years and tears to fully conquer all the disappointment we have been witnessing over. Even Joseph Dancy and Lorraine (1996) emphasized that we were to embody ourselves through the act of caring, and enrich one another with more “levels of knowing” (wisdom) -notably patience and courage, along with rising truth and hope too. We wish there could be a better way to cope very well with it. But alas, many would rather keep merely lasting with their narrow-minded judgement. Still, we have to realize that volunteer is literally connected to the living of others. Oneday, we might not probably have a look at one as volunteer anymore, but as “rescuer for lives”.

Let It Flow

Here goes nothing. Difficult chance, harder luck; isn’t it? Miserably, honour is basically gained through such untrue success: fame, wealth, prestige, and so achievable things on. More than enough to reflect the way this world is being run every day, right? Consequently, it does apparently matter with people’s nowadays DNA: they spend more time in arguing and complaining rather than acting. How do we come to make this planet-earth a better place to live with less sacrifice?

Alright. Here is my own story which I want to share with everybody who reads this. It has been almost 2 years since I entered the volunteerism’s living. Starting it was very exciting, almost took my breath away. But I was not aware about the unpleasant things awaiting there. Until later, an inevitable shock suddenly came. My parents did not truly grant me for becoming volunteer; notably my father, who contrarily opposed me.

Still, they forcibly threatened me that they would have disowned me hadn’t I obeyed them. I told myself that this couldn’t have been worse. Even my mentor deliberately ignored my ask of help due to all the hardship as I was lacking of fortitude and forbearance as well to face it. I lost confidence, concentration, aim, act, gratitude, faith, and so all the eligibility forth I had before. Everything. Eventually I lost, wandered myself in deep-rooted misery. What else?

It was the hardest test I have ever witnessed. I used to have any grudge, almost put myself living in the hatred for the second time. Half and a year since the incident, I have always been seeking for justice. I keep fighting, fighting, and fighting, but isn’t it all worthy? Thus led me into more disappointment, as one thing did stay the same: disagreement (in family).

There, we need let it flow naturally, in gentleness and courage as well. Accept the fact, admit the circumstance, and acknowledge the truth. Further, one thing is to be remembered. Let our life be our prayer and our happiness unto the universe. That is the worth, the way of living as volunteer, the “rescuer for lives”. Simply follow the honesty from our very heart, believe it, and keep doing the right thing. Surely, it will lead all the man to inescapable happiness someday.

Clearer Vision, Louder Calling, More Responsibility

Rarely have we known the understanding of volunteerism and activism (Mark A. Musick & John Wilson, 2007). While a volunteer must forge him/herself to acquire much gain of well-being’s character (i.e. empathy, dedication, and wisdom), an activist has no similar objective to be done. No wonder every volunteer activity or organization is quite selective as volunteerism has the practice of spending more time yet energy rather than just the desire of collectivity -in which activism doesn’t.

As an example, Petualang Cilik, an activity for children at age 5-11 supervised by Rumah Perubahan, has been putting an excellence in mechanism of selection with the following main parameters: age, will, and social skills. Not to mention it did enable the organizers to have more time for preparation than use it up only in process of selection. Different activity, different approach. Socio Traveler (www.socio-traveler.com) did not require selection, but already had understanding in another extent. Yes. It is the epitome of travelling: not for knowing places, but to live our life for the fullest and happiest one. More, it reminded me of the reason I entered Socio Traveler when the opportunity was offered. Because Socio Traveler, apparently has a clearer vision: to find the wisdom, explore the nature, and fill the planet-earth with happiness.

Another instance is when we feel the urge not to avoid ourselves faraway in silence as if nothing happened. An encouragement that we should arouse the spirit of service to society again. Let’s say it a “louder calling”. Five months ago, I had no idea when I decided to involve myself in an agriculture platform named Tanee. Its aim is to promote the work of any farmer in Indonesia entirely by merging the use of current technology and training -including marketing, management, leadership, also horticulture. Thus literally attracted me. And a lot of ideas have emerged during the process of building application.

The same went on while setting myself in a community that is freely yet actively sharing and enriching one another through the books. Three weeks ago, it was the moment to find out “Sedekah Buku” by chance through one of the volunteers in which it led me to follow the community. Yet, have we ever been dreaming to fulfill equality through the being of volunteer? Because those who have been living very poorly, they need us.

There is Yayasan Bayi Prematur Indonesia (YABAPI) for the exemplary. It has been running the activity of lending freely incubator to all premature and yellow babies for almost these 6 years. As the core of the activity is the volunteers, they have more responsibility to be carried on. Here is a way the foundation (along with “Tim Inkubator UI”) put the selection’s mechanism in brilliance: each volunteer shall perform the roles to cover the production’s cost, accompany, and come after the incubator, and is not to turn the products into earnings. Rather, some often have to put the effort in looking for patients, proactively searching them.

Besides, the work in development for all necessary equipment is to be done in diligence. And we are opting for enterprising approach during the process. The next is to fully afford an eco-friendly NICU, the inexpensive one. We have been experiencing how costy the expense that preemie -also yellow- babies’ families had to pay, working in obvious duty for the sake of prospering creation. So, why not? Clearer vision, louder calling, and more responsibility. That is the object we shall aim higher, and even higher than today.

Higher Act

It is said that the true meaning of life is more than the truth, but the act of doing it. We are actually longing for the higher truth, but only a few are starting the higher act. And the universe is to gently welcome the higher act not in opposition; so are we to do it with our best foot forward. Because we would only obtain the higher truth if (and if only) we had done the higher act in a proper way.

Evil legacy is the root of every tragedy that has occurred over the whole world. We must be prepared to face cruelty for three prime reasons: threat from those having the privilege; main-stream people/society being surged in fear to do the right thing; lacking of ability to accept things in wisdom. While serving the society, we will have to ready for those all. We dare keep enduring such uncertainty within the foremost spirit of being volunteer: giving is far better rather than taking.

Do not weep towards every evil legacy we are witnessing. We have to fight against it, cope with it well, and put an end to it. Thus is the role, the higher act every volunteer must provide in any doing, any measure with all the cost it takes. For the sake to present the best service with all the might we have to community. As not out of perfection comes higher act, but out of higher act comes perfection. It is the epitome of being volunteer, being “rescuer for lives”. Last but foremost, never heave ourselves; otherwise do it fully, successfully, and happily. In order to save any life in despair, sorrow, and loneliness. Happy Christmas.

Juan Karnadi

Faculty of Engineering

University of Indonesia