Mengajar di Masa Pandemi Covid19
Oleh : Raldi A. Koestoer
Saat diumumkan oleh UI bahwasanya semua kegiatan Belajar Mengajar tidak lagi diselenggarakan di kampus tapi semua diselenggarakan secara PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), saya sempat terkejut dan sedikit grogi karena merasa belum siap. Namun demikian semua keputusan itu terpaksa dijalankan karena Virus Corona ternyata tidak mau berkompromi, semua kalangan diserang, tak terkecuali juga guru dan dosen. Dokter saja ikut terkena Covid19, apalagi yang lain.
Dengan segala keterbatasan, akhirnya kuliah semua diselenggarakan dari rumah, istilahnya WFH (Work From Home). Buat kami yang sudah berumur (over sixty) mengajar dari jauh ini merupakan persoalan besar, kami bertanya-tanya, gimana ya caranya ?
Beruntung saya punya tim yang solid the so called Tim Inkubator UI, yang sudah bekerja-sama selama beberapa tahun ini. Nyata dari hasil kerjanya s/d Des 2019 yag lalu, telah tertolong 3000 an bayi di seantero Nusantara ini. Salah satu dari mereka itu spesialis urusan IT, jadi saya minta tolonglah si JK ini untuk jadi arranger setiap kali kuliah saya. Maka amanlah saya karena setiap kuliah saya minta dia ikut online untuk mempersiapkan dan ikut menayangkan slide maupun video yang diperlukan dalam kuliah.
Salah satu mata kuiah yang saya ampu adalah MPKT-A (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi). Dengan tatap-muka 2x seminggu. Awalnya saya ragu bahwa kuliah ini bisa dijalankan dengan baik secara online kemudian lagi apakah message-nya bisa tersampaikan. Khusus untuk yang A ini bahannya adalah bahan ilmu sosial, sehingga sebagai dosen-teknik dulu awalnya 6 tahun y.l. saya ragu apakah bisa menjalankan dengan baik. Tapi setelah sekian tahun terbiasa juga, tapi sekarang kami harus menjalankannya secara online, lalu metode pembelajarannya kebanyakan adalah diskusi group. Untunglah separuh jalan sudah berlangsung secara tatap-muka langsung sehingga proses penyesuaian sudah terjadi, dan mahasiswa sudah terlihat responsive serta serius dalam diskusi.
Mereka sebagai anak milenial langsung tanggap dengan situasi WFH ini, dari awal semua sudah bisa tune-in sehingga tidak terjadi kesulitan yang berarti. Hanya terkadang karena koneksi internet yang kurang lancar saja kuliah sedikit terganggu. Penggunaan Microsoft-Teams sebagai template kelihatannya OK banget, sehingga diskusi kelompok antar mereka juga bisa diakomodir.
Selanjutnya pertanyaan muncul, apakah pesan didalam kuliah ini yang menyangkut juga persoalan Etika dan Kebangsaan bisa sampai ke generasi milenial dengan cara online ?
Untuk itu saya coba minta pada mereka untuk menulis 1 halaman kesan, pesan, saran dan juga komen bebas tentang mata kuliah ini minggu lalu. Beberapa diantaranya saya salinkan dibawah ini, untuk kita bisa melihat apakah kuliah ini bisa mengena pada sasarannya sekalipun dengan cara online. Mereka sudah sampai di masa akhir kuliah, hari ini Senin 11 Mei 2020 adalah Pentas Proyek Akhir yang kedua. 2 hari lagi kuliah online yang terakhir yaitu evaluasi bersama.
Kesan Pesan Komen Saran MPKTA-09
Oleh: Jerexxx Alexx (19063551xx)
Saya, Jerexxx Alexx, adalah warga negara Indonesia. Akan tetapi, saya tidak tahu apakah saya layak menganggap diri saya sebagai WNI sebelum saya mengikuti kelas ini. Sejujurnya, saya adalah orang yang sangat apatis terhadap negara ini dan pemerintahannya. Saya tidak peduli dengan apa yang terjadi di pemerintahan, terhadap demo-demo yang dilakukan oleh mahasiswa dan pekerja karena adanya masalah dalam DPR, dan sebagainya. Itu karena selama ini saya menganggapnya tidak penting dan hanya membuang-buang waktu saja. Namun sekarang setelah mengikuti kelas MPKT A-09 di bawah bimbingan Prof. Raldi Artono Koestoer, saya merasa bahwa pandangan saya terhadap negara ini sepenuhnya berubah.
Pada paper yang saya tulis sebelum UTS, saya menuliskan bahwa MPKT A membuat saya mengubah cara pandang saya terhadap diri saya sendiri dan peran saya terhadap dunia ini. Tentu saja, karena melalui pendalaman tentang filsafat, saya jadi lebih memahami tentang etika, norma, dan budaya dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Saya jadi tahu bagaimana saya harus bersikap di lingkungan saya agar setiap hal yang saya lakukan bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitar saya. Namun, selain itu, saya akan menambahkan bahwa MPKT A membuat saya mengubah pula cara pandang saya terhadap Indonesia dan menumbuhkan rasa peduli saya terhadap masalah-masalah yang sedang terjadi di negara tercinta kita ini.
Salah satu contoh yang membuat saya menyadari ini adalah selama proses pembuatan tugas akhir MPKT A kemarin. Saya bersama teman-teman sekelompok saya di FG5 membuat sebuah video bertema nilai-nilai Pancasila dan cara penerapannya. Terlihat simpel memang dari luar, namun prosesnya membuat saya tersadarkan bahwa selama ini saya cenderung menganggap remeh tindakan-tindakan kecil tersebut. Saya mungkin hafal seluruh sila Pancasila, namun apakah selama ini saya benar-benar sudah menjunjung tinggi nilai-nilai yang tertanam dalam dasar negara Indonesia tersebut? Apakah selama ini saya benar-benar peduli tentang nilai-nilai tersebut dalam kehidupan saya sehari-hari? Saya rasa tidak. Melalui tugas akhir tersebut, mata saya dibukakan dan saya kini menyadari betapa pentingnya peran kita dalam memegang teguh dasar negara dengan melakukan kebaikan-kebaikan kecil yang selama ini kita anggap enteng.
MPKT A memperluas wasasan saya bukan hanya dari segi filsafat, melainkan juga dari segi kepedulian dan patriotisme. Memang betul, filsafat tidak akan berguna dalam kehidupan kalau kita tidak mempraktekkannya, namun MPKT A juga mengajarkan saya secara langsung tentang bagaimana cara mengaplikasikan filsafat-filsafat tersebut dalam dunia nyata. Contoh nyatanya dapat saya lihat sendiri dari Prof. Raldi dan tim inkubator gratis yang beliau bentuk. Saya merasa bahwa kelas ini bukan hanya mengajarkan saya secara teoritis, namun juga secara aplikatif, dan itulah yang saya sukai dari cara Prof. Raldi membawakan kelas ini. Isu-isu yang dibawakan juga sangat modern dan berhubungan langsung dengan hal-hal yang saat ini tengah marak di dunia, sehingga kami tidak pernah ketinggalan dalam mengkaji sesuatu. Saran saya untuk MPKT A ke depannya adalah memperbanyak lagi tugas-tugas aplikatif yang dapat memberikan lebih banyak manfaat pada mahasiswa, karena pada akhirnya, tidak ada guru yang lebih baik bagi manusia daripada pengalaman.
MPKT-A, Aku, dan Indonesia
6 Mei 2020
15.20 T. Evelyn O
Senin Rabu ada kelas
Kelas MPKT-A di lantai dua
Bukan hanya sekadar kelas
Ajaran, saran, dan musik pun ada
Ajaran pertama:
Belajar itu biasa
berani berbuat itu yang luar biasa
Ilmu ada untuk diterapkan
Membantu sesama yang kesulitan
Ajaran kedua:
Hidup selalu berjalan
Lusa akan menjadi hari ini
Kemarin akan menjadi masa lalu
Pada akhirnya, semua akan dilupakan
Namun, tidak bagi pengajaran
Serta pengalaman yang penuh makna
Ajaran ketiga:
Cinta bukan hanya soal perasaan
pemuda-pemudi
Tetapi cinta adalah tentang bangga
Bangga kepada tanah air Ibu Pertiwi
Tempat dimana aku tumbuh dewasa
Saran:
Identitas itu.. harus dipertahankan
Karena itulah yang menunjukkan siapa
dirimu
Indonesia bukan bangsa yang rentan
Bila para penerusnya saling bersatu
Alunan harmonika memenuhi sore hari
Tanpa sadar.. kita sudah sampai disini
Takan pernah kulupakan hari ini
Kelas MPKT-A Bersama Prof Raldi
.